Lahan pantai merupakan agroklimat yang spesifik dengan jenis tanah berpasir dan kelolosan air yang tinggi, sehingga diperlukan teknologi ameliorasi yaitu penambahan bahan tertentu yang berfungsi sebagai pembenah tanah. Pemilihan bahan ameliorant tersebut dapat berupa bahan organic ataupun anorganik yang disesuaikan dengan kebutuhan lokasi budidayanya. Kondisi kecepatan angin yang cukup kuat dengan kelembaban rendah juga menyebabkan evaporasi dan transpirasi tinggi. Oleh karena itu perlu pemasangan barrier (penahan) angin, baik yang bersifat sementara maupun alamiah.
Bawang merah varietas Tiron, Crok Kuning dan Srikayang mempunyai adaptasi yang cukup baik pada dataran rendah. Sangat digemari petani di daerah dataran rendah Yogyakarta karena mempunyai ukuran umbi yang cukup besar, produktivitasnya tinggi dan dapat beradaptasi cukup baik pada kondisi musim penghujan.
Tabel : Deskripsi Varietas Bawang Merah Unggul Lahan Marginal (Dari Yogyakarta)
Kriteria umbi yang baik untuk dijadikan benih :
- Benih berasal dari tanaman yang cukup tua, pada usia 70-80 HST
- Ukuran umbi 5-10 gram (ukkuran sedang), tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, karena pada umbi yang berukuran besar akan lebih mahal biayanya, sedangkan jika menggunakan umbi berukuran kecil sebagai benih dikhawatirkan akan lemah pertumbuhannya, sehingga hasil panen rendah.
- Penampilan umbi secara fisik padat, segar, sehat, kulitnya mengkilat (cerah)
- Umbi telah mengalami masa penyimpanan di Gudang selama 3-4 bulan setelah panen (patah dorman)
Selain aspek penyediaan benihnya, upaya peningkatan produksi bawang merah juga perlu di dukung melalui penerapan SPO bawang merah spesifik lokasi yang berorientasi pada Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP). Dengan adanya penerapan GAP dan GHP dalam kegiatan pertanian spesifik lokasi, hal tersebut juga akan menambah nilai jual, meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, serta menunjang pembangunan pertanian daerah.
Ir. Deecy J Kemur. M.Si