Kita patut bersyukur karena dengan usaha kita untuk dapat berswasembada pangan telah terwujud dalam hal ini swasembada padi (beras). Tentunya hal tersebut dapat dicapai berkat kerja keras, bukan dengan menggunakan lampu aladin atau sim salabim tetapi kesemuanya itu melalui suatu proses yaitu suatu prose pembangunan bangsa dan Negara ini yang disertai dengan itikat baik dari para pimpinan, cendekiawan, lembaga penelitian, perguruan tinggi dan tidak kalah pentingnya peran serta para petani di pedesaan.
Sekarang bagaimana pula dengan komoditi lainnya, misalnya palawija dan hortikultura ini.Apakah komoditi ini terlupakan? Saya yakin kita akan sama-sama menjawabnya “tidak”. Dimana sejak Menteri Pertanian dijabat oleh Prof.Ir.Soedharsono Hadisaputro telah menggariskan bahwa arah pembangunan pertanian di Indonesia sudah saatnya beralih strategi. Pembangunan pertanian sudah bukan masanya lagi hanya berorientasi pada salah satu komoditi saja.Ini berarti bahwa sejak itu kita telah berfikir untuk mengembangkan komoditi lain.
Demikian, Menteri Pertanian Ir. Ahmad Affandi pada masanya pernah pula mengemukkan bahwa untuk masa yang akan datang wajah pertanian Indonesia akan diwarnai oleh tanaman palawija dan hortikultura dan pemeliharaan ikan dan ternak yang intensif dan itu terbukti sekarang.
Apa yang dikemukakan oleh kedua tokoh pertanian itu yang sekaligus pemegang kebijaksanaan pembangunan pertanian, bukanlah hanya merupakan isapan jempol belakatetapi suatu tanda lampu hijau bahwa komoditi palawija dan hortikultura ditinjau dari aspek agronomis dan social ekonomi serta daya adaptasinya dengan lingkungan didaerah tropis ini, yang mempunyai masa depan cerah.Ucapan yang simpatik ini tentunya kita menyambutnya dengan baik, sekarang yang menjadi titik permasalahan adalah pola sikap pelaku utama kita yaitu petani palawija dan hortikultura itu sendiri. Apakan akan memanfaatkan kedua peluang ini ataukah dibiarkan berlalu begitu saja ataukan hanya bersikapmenjadi penonton dipinggir lapangan, yang jelas pemerintah telah siap memasyarakatkan kedua komoditi itu.
Kendala
Disini saya akan mencoba untuk melihat tiga kendala yang dapat diupayakan yaitu penyuluhan, penyediaan sarana produksi dan informasi pasar.
Penyuluhan sangat penting untuk memberikan informasi kepada para petani untuk meningkatkan pengetahuaannya khususnya pengetahuan budidaya/pengelolaan tanaman. Apalagi dengan tanaman palawija dan hortikultura ini yang mempunyai cakupan yang luas oleh sebab itu untuk mengembangkan kedua komoditi tersebut mutlak diperlukan pengetahuan sehingga petani dapat mengetahui tentang teknik budidaya dari suatu usaha taninya.
Ada suatu hal yang perlu mendapat perhatian kita adalah bagaiman caranya agar petani produsen di pedesaan, mau merubah pola tanamnya dengan menggunakan tanaman jenis unggul. Sekarang tentunyakonsekwensinya perlu disediakan bibit unggul yang mudah diperoleh para petani dipedesaan, hal ini mutlak dilakukan di dalam rangka mengembangkan komoditi ini.
Sehingga dengan ini disadari bahwa usaha untuk merubah pola tanam adalah kegiatan yang tidak mudah dilaksanakan sebab dengan perubahan pola tanam itu maka cara bercocok tanampun perlu disesuaikan. Dimana dengan merubah pola tanam ini maka harus pula diikuti dengan perubahan pola sikap masyarakat, pola musim tanam, pola panen, pola pengolahan lahan dan pengawetan tanah. Apabila kesemuanya ini kita dapat wujudkan maka bukan tidak mungkin jika pembangunan pertanianuntuk palawija dan hortikultura ini yang pada akhirnya nanti akan mampu memberikan hasil yang optimal.Apalagi kebanyakan para petani dipedesaan hanya mempunyai lahan yang sempit sehingga kita juga dituntut untuk meningkatkan produktifitas lahan, pengolahan intensif, intensifikasi yang tinggi, penganekaragaman komoditi dan pengggunaan teknologi tepat guna mutlak mendapat perhatian serius.
Untuk mendukung penyuluhan tersebut, maka diperlukan adanya sarana produksi (saprodi)yang sudah didapatkan oleh petani kita dipedesaan, misalnya pupuk, pestisida. Dengan demikian petani betul-betul terangsang ingin memanfaatkan teknologi pertanian yang ada. Sebab tanpa penyediaan sarana produksi maka jelas petani kita tidak bisa berbuat banyak. Bhakan kalau perlu sarana produksi itu disubsidikan seperti halnya pada tanaman padi.
Bukan hanya itu yang harus mendapat perhatian adalah informasi pasar, pemasran dan sarana yang cukup memegang peranan penting, dengan adanya informasi pasar maka petani dapat mengetahui harga komoditi yang diusahakan, hal ini tentunya tidak menjadi masalah lagi dengan adanya alat-alat komunikasi misalnya TV,Radio, Surat kabar, dan media social lainnya seperti fb,ig dan wa yang sudah masuk kepedasaan yang kesemuanya itu memegang peranan didalam memberikan informasi pasar kepada para petani, demikian pula pemasaran kalau perlu diadakan tempat-tempat penampungan disentral-sentral produksi sehingga jalur tata niaga tidak terlalu panjang yang sering banyak merugikan petani kita.
Sarana dan prasarana sudah banyak membantu yaitu dengan adanya jalan-jalan usaha tani , baik swadaya masyarakat maupun dibiayai oleh pemerintahbahkan beberapa daerah kendaraan roda empat sudah masuk kepedesaan.
Penutup
Sekarang ini tinggal kita saja, bagaimana mengupayakan untuk memnafaatkan sarana yang sudah ada sambil menambah yang masih kurang. Dan bagaimana pula untuk merangsang petani untuk ingin menanam palawija dan hortikultura ini, maka disinilah peranan seorang penyuluh lapangan.
Petani tidak perlu ragu-ragu mengusakan komoditi ini sebab telah terbukti memberikan keuntungan yang cukup besar, contoh seorang petani dengan menanam jeruk, mampu mendapatkan penghasilanRp. 3 Juta/Ha/Tahun (kompas), akhirnya saya menyampaikanselamat mencoba, semoga usaha kita selalu mendapat berkah dan petunjuknya.
Oleh Sri Mustika
Penyuluh Pertanian Ahli Madya